Cerita Seru - VALENTINE SI KEMBAR (Cinta Bikin Gubrak!) - 5
Kali ini Rasti yang menjawab.
“Kalau kita nggak datang trus kenapa?” Potong Danika sengit.
“Ya trus, bakal ada pengumuman di seluruh sekolah, kalau si kembar pecundang takut datang ke pesta, karena nggak punya pacar. Ralat, nggak bisa dapet pacar. Gimana?”
Danika menahan geram, sementara Rasti mengedipkan sebelah matanya dan berlalu pergi bersama Lana dan Tyas. Ingin rasanya dia meninju bibir dower Rasti dan menjambak rambut panjang Lana yang lurus dan selalu dibiarkan tergerai itu, biar mereka kapok untuk sirik lagi sama orang lain. Dasar cewek-cewek tengil! Danika menggeretakkan giginya.
“Dante, lo kok diem aja sih? Bukannya melakukan pembelaan malah jadi gagu ngeliat Lana.”
“Eh, gue cuma….”
“Cuma, cuma, cuma apa? Percuma emang punya kembaran kayak elo! Nyebelin!”
Dante cuma bisa nyengir. Cuma itu yang bisa dilakukannya. Lebih baik nyengir daripada membela diri. Bisa tambah ruwet urusannya. Bisa-bisa omelan Danika nyambung sampe hari berikutnya.
Di rumah, si kembar masih memikirkan nasib mereka sehubungan dengan undangan pesta Valentine Rasti. Dante duduk selonjor dengan wajah lesu, sementara Danika rebahan di atas kasur Dante dengan kaki menjuntai. Lama juga mereka tidak saling bicara. Kalau ada orang lain yang melihat apa yang mereka lakukan saat ini, pasti merasa lucu.
Bayangkan saja, sepasang anak berwajah sama, dua-duanya sedang suntuk, saling diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing, di dalam satu ruangan. Sebuah adegan yang aneh!
Pintu kamar Dante terbuka. Dari baliknya muncul seraut wajah kekanakan berhiaskan beberapa jerawat. Devon, sahabat si kembar. Untuk beberapa saat Devon masuk tanpa suara sambil nyengir bandel ketika si kembar melihat kedatangannya. Namun cengirannya langsung hilang ketika si kembar segera memalingkan wajahnya lagi dan kembali dengan aktifitasnya yang tadi. Manyun.
“Halo kembar jelek, lagi ngapain?”
Si kembar hanya memandang Devon dengan malas.
Devon menaikkan alisnya, kok ledekannya tidak dibalas?
“Lagi BT nih critanya?” Devon ikutan selonjor di depan Dante.
Devon tidak berniat menanyakan apakah keduanya sedang berantem, karena dia sangat tahu kalau si kembar nggak pernah saling diam kalau sedang berselisih. Mereka akan saling berdebat, setelah itu persoalan selesai. Tidak ada perkelahian terselubung, alias gerakan tutup mulut. Lagipula, kalau dua orang yang berselisih sedang melakukan gerakan tutup mulut, nggak mungkin akur berada dalam satu ruangan begini.
“Hey, pada kenapa sih? Lagi dihukum sama nyokap, ya?”
Si kembar diam saja. Rasanya sih nggak. Si kembar nggak akan sesuntuk itu kalau sedang dihukum ibunya tidak boleh nonton TV atau dihukum nggak boleh ke Mall selama sebulan. Hukuman seperti itu bisa mereka atasi dengan bersepeda keliling komplek atau sekedar main ke rumah Devon.
“Oh, ok, lagi kena hukum wali kelas kalian?”
Masih tidak ada respon. Memang bukan itu, karena si kembar meski usil tapi nggak nakal. Jadi mereka hanya pernah sekali dihukum wali kelas. Itu pun dilakukan mereka dengan suka cita. Saat keduanya terlambat masuk sekolah dan melompati tembok belakang sekolah, dan dihukum lari keliling lapangan oleh wali kelas masing-masing. Dan mereka pun berlari keliling lapangan dengan bersemangat sambil nyanyi lagu “Lari Pagi”-nya Bang Rhoma Irama. Akibatnya hukuman mereka pun ditambah!
“Bukan juga, kalo gitu lagi dikuhum…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar